Mandi Barimoah dan tolak bala merupakan tradisi sakral yang masih lestari di Kerinci, Jambi, khususnya di Desa Pulau Tengah. Beragam ritual khas masih terus dijaga dalam rangkaian kegiatan tersebut.

Biasanya, tradisi ini digelar setahun sekali pada penghujung bulan safar menurut kalender Islam, persisnya di pekan ketiga bulan safar 1447 H atau Rabu, 20 Agustus 2025.

Di Pulau Tengah, tradisi ini diisi dengan beragam ritual yang bertujuan untuk membersihkan negeri dan menolak datangnya wabah, bala dan bencana.

Adapun ragam ritual yang digelar dalam kegiatan tolak bala dan mandi barimoah diawali dengan salat hajat berjamaah selama tiga malam di masjid dan di rumah salah seorang pemimpin adat (Depati).

Pembagian air rajah dan peringing

Pada salat hajat itu, seluruh anggota kerapatan adat bersama masyarakat memohon kepada Allah agar dikabulkan segala niat dan hajat, diantaranya: permohonan agar pemimpin negeri diberikan kesehatan agar dapat menjalankan tugas hingga akhir masa jabatan.

Memohon kepada yang maha kuasa agar negeri dan masyarakat senantiasa terhindar dari bala, bencana dan wabah penyakit. Memohon agar penduduk negeri sejahtera; apa saja yang ditanam dan apa saja yang diusahakan terhindar dari segala macam hama penyakit.

Selanjutnya, munajat ditujukan bagi keselamatan anak betina dan anak jantan negeri yang berada di luar wilayah atau sedang merantau, hingga diperuntukkan bagi sanak keluarga yang telah meninggal dunia.

Puncaknya, ritual digelar pada hari Rabu pagi, diisi dengan kegiatan pembagian air rajah (Ayak ajoah). Air yang dimasukkan kertas bertuliskan doa-doa dan kode khusus yang bermakna permohonan keselamatan dan tolak bala. Air rajah ini dibagikan kepada masyarakat untuk diminum. Masyarakat percaya dengan meminum air ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Pemasangan caliping dan pengasapan

Pembagian air peringing, yaitu pembagian tujuh jenis limau yang bercampur dengan beragam macam tumbuhan khas yang sudah dicincang halus pada malam hari. Nantinya, peringing ini digunakan masyarakat untuk mandi dan menyiram sudut-sudut negeri. Maknanya, sebagai harapan dan doa agar penduduk dan negerinya terhindar dari segala wabah, bala dan bencana yang datang dari berbagai penjuru arah.

Pemasangan caliping dan pengasapan. Caliping adalah bubuk halus berwarna kuning terbuat dari bahan rempah alami yang ditempelkan oleh dukun negeri kepada seluruh penduduk. Biasanya, caliping ditempelkan di bagian wajah dan sekitarnya. Setelah itu, penduduk akan diasapi menggunakan api kecil dalam tungku khusus yang ditaburi kemenyan.

Pemberian caliping dan pengasapan ini bermakna agar penduduk diberikan kesehatan dan terhindar dari beragam wabah penyakit.

Terakhir, seluruh kegiatan tradisi tolak bala dan mandi barimoah akan ditutup dengan doa bersama oleh seluruh anggota kerapatan adat sebagai ungkapan syukur atas terlaksananya seluruh rangkaian kegiatan yang digelar sejak awal hingga akhir. (Red)

Tags:Desa Pulau TengahMandi BarimoahRabu Safartolak bala