Tarian ini mulai ditarikan oleh laki-laki dan perempuan sejak tahun 1950. Dan akhirnya menjadi hiburan rakyat sekaligus dijadikan sebagai tarian penyambutan tamu masyarakat di Provinsi Jambi.
Kata rangguk berasal dari dialek Kerinci. Orang Sungai Penuh menyebutnya ‘ranggok’. Orang Pulau Tengah menyebutnya ‘rangguek’.
Nah, karena banyak raga dalam penyebutan dialek itu, maka ada beberapa pendapat mengenai arti dari kata ‘anggek’ itu sendiri. Ada yang mengartikannya sebagai tari. Tetapi, ada juga yang mengartikannya sebagai uhang yang berarti orang dan nganggok yang berarti mengangguk.
Selain sebagai tarian penyambutan tamu, tari rangguk juga dibawakan pada berbagai pesta adat suku Kerinci (suku bangsa yang terdapat di Provinsi Jambi).
Tarian ini diiringi dengan alat musik berupa rebana kecil dengan iringan musik dua gong, dan rebana besar.